Pengalaman Mengikuti SSI Basic Survival Course Batch II, 14 -18 Oktober 2015 – Sharing Dari Regar Haya


Selamat malam.
Izin share pengalaman ikut Basic Course SSI

Saya ingin berbagi sedikit pengalaman dan cerita selama kegiatan basic course berlangsung. Di kegiatan basic course ini peserta memang belum diizinkan mengalami situasi survival sepenuhnya. Perlu latihan & jam terbang yg cukup. Peserta hanya sampai tahap ‘memiliki gambaran seperti apa kondisi survival tersebut’. Karena seperti yang Om Mike selalu sampaikan, esensi dari kita belajar ilmu survival adalah untuk menghindari situasi survival itu sendiri. Mengetahui poin-poin yang menjadi prioritas dalam situasi tersebut, skill apa saja minimal yang harus kita miliki, gear/tools apa saja yang akan membantu kita keluar dari situasi survival secapatnya dengan kondisi sehal jasmani & rohani.

Di basic course ini, kita dibekali dengan teori mengenai survival skill, mulai dari prioritas dalam survival, jenis-jenis stressor, sumber makanan, air, survival kit/gear dan trap. Dan memang dari semua ilmu tersebut, Positive Mental Attitude (no. 1 prioritas survival) layak menjadi point/prioritas pertama dalam situasi survival karena PMA yang bagus akan memudahkan kita dalam berpikir, menuntun apa yang harus kita lakukan berikutnya.

Disaat kita ditempatkan terpisah dari teman-teman yang lain di hutan, banyak stressor yang akan muncul dan yang paling pertama diuji adalah PMA si pelaku, bagaimana kita menanggapi rasa takut akan ancaman hewan, mitos-mitos, kesulitan menyalakan api, lapar, haus. Setelah kita bias membentuk PMA yang bagus di awal, baru dilanjutkan prioritas-prioritas berikutnya. Di tengah hutan yang saya pribadi tidak familiar, shelter yang mumpuni menjadi target berikutnya dan pilihan pun jatuh kepada hammock agar seandainya ‘si dia’ pun lewat, saya bisa memanjat secepatnya(dan segeralah saya mencoba menyalakan api menggunakan fire starter yang akhirnya menjadi stressor bagi saya karena sampai jam jam 11 malam tidak berhasil (hipotesis nol saya waktu itu adalah fire starter saya kualitasnya jelek dan ini mungkin salah 1 bentuk penyangkalan dan tidak boleh dijadikan alasan) dan saya memutuskan tidur.

Tetap dengan lokasi kegiatan hutan Nusa Kambangan maupun pantai & hutan bakau tempat latihan Kopassus, dengan sumber makanan & minuman yang terbatas, rasa haus dan lapar mungkin menjadi stressor berikutnya yang paling berat dihadapi (bagi yang tidak bertemu macan 😁). Tubuh akan menjadi sangat lemah, supply oksigen ke otak juga akan berkurang sehingga tubuh akan sulit untuk berpikir & beraktivitas. Pada saat inilah kita mulai mencari sumber makanan & minuman dari alam. Untuk makanan,kita ‘mencoba’ makan rayap, gembili (ini adalah makanan celeng.bagi siapa yang memakan ini, sama dengan … dan rasanya sangat tidak enak 😦) pisang, dll. Untuk air, kita mencari sumber air disekitar hutan dan memanfaatkan akar Liana (sueger e joss) sampai akhirnya stressor ini musnah seketika saat para mentor memberikan bonus 2 teguk es the bagi yang bisa menyalakan api pake Fresnel (bagi yang beruntung 😂)

Secara umum, Ilmu/teori dasar survival berlaku sama disemua medan, hutan, pantai & hutan bakau. Hanya sedikit berbeda dalam proses memperlakukan keadaan & memenuhi kebutuhan. Di pantai kita harus melihat garis pasang surut pantai sebelum mendirikan shelter, memancing, beruburu kepiting, keong laut untuk memenuhi kebutuhan makanan.
Selain beberapa hal diatas, beberapa kemampuan teknis dasar harus dipelajari & dimiliki jika kita harus menghadapi situasi survival, seperti tali temali, membuat api (fire steel starter, lensa Fresnel, bow-drill) dan membuat trap karena hal ini akan membantu kita melewati kondisi tersebut. Dan yang terakhir kita harus persiapkan adalah Survival kit & tools seperti P3K, pisau survival, water purifier, water filter.

Kegiatan ini sangat memberikan ilmu & pengalaman yang luar biasa. Bagaimana mempersiapkan diri sebaik-baiknya baik dari dalam diri kita (mental) maupun dari luar diri kita (knowledge, skill, tools) agar tidak bertemu dengan situasi survival karena inilah esensi dari belajar ilmu survival.
Always be ready because we never know.

In Omnia Paratia

Leave a comment