FREE SOLDIER HOBO STOVE (Product Review)

FREE SOLDIER HOBO STOVE (Product Review)


Jenis Barang : Kompor multi bahan bakar dan multifungsi
Brand : Free Soldier
Penjual : Gearbest.com

Kompor ini sangat unik, praktis , ringan dan ringkas. Sangat cocok dimasukkan dalam Survival Kit Anda.
Systemnya yang knockdown membuatnya tidak memakan banyak ruang di dalam survival kit atau cooking set bag.
Pilihan bahan bakar yang bermacam macam menjadikan kompor ini pilihan yang teapt, efektif dan efisien dalam perjalanan hiking, camping bahkan dalam situasi emergency survival termasuk bencana alam.
Selain berfungsi sebagai kompor, setiap bagian lempengan badan kompor ini memiliki fungsi bermacam macam seperti parutan, pisau, gergaji, kunci pas, penggaris, pemotong tali, pembuka kaleng, pembersih sisik ikan dan pembuka botol, ini menjadikannya pilihan yang sangat tepat untuk para penggiat kegiatan outdoor, pilot, pelaut bahkan menjadi bagian dari isi emergency disaster kit ataupun survival kit.
Bahannya terbuat dari stainless steel anti korosi dan didesain secara scientific sehingga memiliki efisiensi pembakaran yang tinggi serta tidak mengeluarkan carbon monoksida.
Kompor ini dilengkapi kantong bermotif militer yang memiliki mole strap sehingga dapat di attach ke sabuk, carrier arau rompi.

Bagi yang ingin membeli tapi tidak memiliki akun paypal atau kartu kredit dapat saya bantu order pembeliannya melalui akun paypal saya, barang dikirim langsung ke alamat pemesan.
Silahkan e.mail ke survivalskills.indonesia@gmail.com jika ingin membeli.

Untuk membelinya sendiri, anda dapat mengikuti link :
GearBest Cool Stuff: Up to 5% OFF and Low to $25.99 + Free Shipping for 190+ Special Gears

RED HAND FLARE by Michael Antony

RED HAND FLARE by Michael Antony


Red Hand Flare merupakan alat signaling yang sangat efektif digunakan di darat maupun di laut dan dapat terlihat dari jarak 10 km mendatar laut dan 20 km dari udara malam hari dan dari jarak yang lebih dekat pada siang hari. Memiliki tingkat luminasi sebesar 15.000 candela (15.000 lilin) dan memancarkan cahaya berwarna merah.
Ada beberapa jenis cara pengoperasian Red Hand Flare, iantaranya dengan di tarik pemicunya atau menggunakan system ditepuk bagian bawahnya menggunakan telapak tangan setelah dilepas penguncinya seperti pada produk Pains Wessex. Setiap red hand flare pasti terdapay instruksi bergambar cara pengoperasiannya, pelajari dengan seksama sebelum menyalakannya.
Red Hand Flare harus memenuhi spesifikasi yang di syaratkan dalam SOLAS 1974 (Safety Of Life At Sea 1974) yang sudah diratifikasi oleh negara negara anggota International Maritime Organization.
Adapun persyaratannya dalah sebagai berikut :
SOLAS requirements for hand flares. (Section 3.2 of the IMO LSA Code)
3.2.1 The hand flare shall:
.1 be contained in a water-resistant casing;
.2 have brief instructions or diagrams clearly illustrating the use of the hand flare printed on its casing;
.3 have a self-contained means of ignition;
.4 be so designed as not to cause discomfort to the person holding the casing and not endanger the survival craft by burning or glowing residues when used in accordance with the manufacturer’s operating instructions.
3.2.2 The hand flare shall:
.1 burn with a bright red colour;
.2 burn uniformly with an average luminous intensity of not less than 15,000 cd;
.3 have a burning period of not less than 1 min; and
.4 continue to burn after having been immersed for a period of 10s under 100 mm of water.
Dalam menyalakan Red Hand Flare, arahkan ke arah downwind (kemana arah angin menuju) sehingga apinya tidak mengenai muka atau badan kita.
Semoga bermanfaat
IN OMNIA PARATIA
Michael Antony
Founder / Chief Instructor of Survival Skills Indonesia

SURVIVAL KIT DAN BAHAYANYA – oleh Michael Antony


Hal yang berbahaya dari survival kit adalah perasaan aman yang ditimbulkannya saat anda membawanya. Saya sering bertemu dengan orang yang merasa percaya diri dan aman saat sudah membawa survival kit di dalam tas nya. Bahkan beberapa orang memilih membawa Survival Tin untuk Militer yang hanya berisi beberapa items yang sangat minimalis. Ketika saya tanya apakah sudah pernah mencoba berlatih menggunakan seluruh isi survival kit nya secara maksimal, misalnya dengan beberapa hari berada di hutan tanpa membawa apapun selain survival kitnya itu. Hampir semua belum pernah mencobanya. Namun mereka sudah merasa percaya diri dan aman hanya dengan membawa survival kit tersebut di dalam tas nya. Di sini saya melihat suatu peraaan aman yang palsu, karena pada kenyataannya belum tentu orang tersebut mampu menggunakan isi survival kitnya secara maksimal untuk bertahan hidup dalam sebuah situasi survival. Apalagi yang dibawanya adalah survival tin militer yang iusinya sangat minimalis, dan akan semakin mengherankan lagi jika orang tersebut bahkan sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan skills survival yang memadai.
Situasi survival bukanlah situasi yang mudah untuk dihadapi, banyak sekali aspek yang harus dipelajari dari mulai yang paling mendasar yaitu pengetahuan tentang Aspek Psikologi Survival, Prinsip prinsip dasar dan prioritas dalam survival, Kemampuan First Aid, ketrampilan membuat shelter dengan berbagai jenis bahan dari alam, ketrampilan menyalakan api dengan berbagai metode, kemampuan melakukan signaling, memncari air dan memurnikan air, serta ketrampilan membuat berbagai macam trap dan bagaimana menggunakannya untuk mendapatkan makanan, mengenali tumbuh tumbuhan yang dapat di makan, memproses makanan, dan lain lain. Untuk benar benar memeiliki peluang yang sangat besar untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah situasi survival di belantara, seseorang harus benar benar memiliki sikap mental yang tepat, pengetahuan yang luas dan ketrampilan yang lengkap. Survival Kit ditujukan untuk hanya sebagai alat bantu untuk mempermudah upaya bertahan hidup dan tentunya seseorang harus terlatih dengan baik untuk menggunakan isi survival kit secara maksimal. Tanpa Sikap Mental, Pengetahuan dan Ketrampilan Survival yang memadai maka sebagus dan selengkap apapun survival kit yang dibawa tidak akan banyak berguna dan tidak akan meningkatkan peluang untuk dapat keluar dari situasi survival dengan tetap sehat jasmani dan rohani. Isi survival kit yang ideal juga harus sesuai dengan tingkat kompetensi survival yang dimiliki.

08 /11/2015
Michael Antony
IN OMNIA PARATIA

Stockdale Paradox & Penyangkalan – Sharing lagi pengalaman Basic Course SSI di Nusa Kambangan oleh Regar Haya


Sharing lagi pengalaman Basic Course SSI di Nusa Kambangan

oleh Regar Haya

Stockdale Paradox & Penyangkalan

Mohon koreksinya Om Michael TheGuardian Angel

“Oh, that’s easy, the optimists. Oh, they were the ones who said, ‘We’re going to be out by Christmas.’ And Christmas would come, and Christmas would go. Then they’d say, ‘We’re going to be out by Easter.’ And Easter would come, and Easter would go. And then Thanksgiving, and then it would be Christmas again. And they died of a broken heart”

Itu adalah jawaban James Bond Stockdale saat ditanya mengenai siapa yang akan tidak berhasil keluar dari Vietnam. ‘Si Optimis’. Stockdale adalah salah satu dari sebelas ‘Alcatraz Gang’, tahanan perang zaman Perang Vietnam. Dia menghabiskan waktu 8 tahun di Hanoi Hilton.

Terkait konteks survival, kondisi yang dialami Stockdale saat itu adalah situasi survival. Situasi yang mengancam hidupnya. Tetapi dia menunjukkan bagaimana sikap mental yang positif dalam menyikapi situasi survival, se-brutal apapun itu. Dia menerima situasi itu, mempelajari dan memperbaiki situasi tersebut.
Kebalikan dari sikap positif itulah yang masih sering kita jumpai ketika dihadapkan dengan stressor, baik dalam situasi survival yang sebenarnya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Cenderung kita untuk tidak menerima apa yang kita alami. “mengapa ini terjadi pada saya?”, “kenapa harus saya?” , “onde mandeh..baa lai den ko?ka manga den lai?” dan ini akan mempengaruhi tubuh kita dalam merespon kondisi yang kita alami. Kita akan mengalami panik, stress, bingung dan sampai menurunkan kondisi fisik tubuh. Seperti Om Gundul pernah cerita, ada seorang yang digigit ular jenis Proteroglypha. Korban sampai pingsan. Saat ular yang menggigit diperlihatkan ke Om Gundul, Om Gundul bilang bahwa si korban akan baik-baik saja. Dan setelah beberapa saat, dikasih susu hangat, korban kembali sadar. Inilah yang terjadi ketika kita merespon situasi dengan negative. Respon negative tersebut akan diteruskan oleh otak keseluruh tubuh sehingga daya tahan tubuh kita menurun drastic yang berakibat kita kaget dan pingsan.

Sikap optimis yang tidak dibarengi dengan kemampuan menerima situasi akan berujung fatal. Situasi tersebut akan mengalahkan anda. Optimis seperti inilah yang dimaksud Stockdale yang akan tidak keluar dari Vietnam, optimis yang cenderung ostrich approcach.

Tidak sedikit juga yang ketika mengalami situasi survival atau menghadapi stressor yang tinggi, kita berusaha menghibur diri sendiri. Menganggap situasi tersebut tidak akan berlangsung lama. Menganggap kita tidak sedang melakukan yang salah.“ah, paling cuma sebentar” , “sebentar lagi akan ada bantuan” , “gak tersesat kok.ntar juga ketemu jalan”dll. Tanpa kita sadari kita baru saja melakukan penyangkalan. Menyangkal bahwa kenyataannya kita sedang dalam situasi survival, akan ada bahaya/ancaman terhadapa kita, menyangkal bahwa kita sebenarnya tersesat. Sehingga dengan kita melakukan penyangkalan dalam arti kita tidak bisa menerima situasi tersebut, otak pun akan meresponnya dengan tidak tenang. Karena sebenarnya kita juga tidak tenang dengan kondisi tersebut. Hal ini bisa berujung kepada keputusasaan jika apa yang kita inginkan tidak terjadi..

Itulah mengapa positive mental attitude menjadi prioritas utama dalam survival. Karena otak adalah senjata utama dan yang paling ampuh dalam bertahan hidup.

Sadari bahwa kita dalam ancaman, terima itu dan coba perbaiki. Lihat tantangan itu secara objektif. Bangun mental positive yang bagus dan lakukan hal yang tepat (karena dalam situasi survival, hal yang benar tidak selalu tepat) berikutnya. Karena dengan belajar ilmu survival, kita mempersiapkan diri untuk menghindari situasi survival itu sendiri.

Always be ready because we never know

In Omnia Paratia

Pengalaman Mengikuti SSI Basic Survival Course Batch II, 14 -18 Oktober 2015 – Sharing Dari Regar Haya


Selamat malam.
Izin share pengalaman ikut Basic Course SSI

Saya ingin berbagi sedikit pengalaman dan cerita selama kegiatan basic course berlangsung. Di kegiatan basic course ini peserta memang belum diizinkan mengalami situasi survival sepenuhnya. Perlu latihan & jam terbang yg cukup. Peserta hanya sampai tahap ‘memiliki gambaran seperti apa kondisi survival tersebut’. Karena seperti yang Om Mike selalu sampaikan, esensi dari kita belajar ilmu survival adalah untuk menghindari situasi survival itu sendiri. Mengetahui poin-poin yang menjadi prioritas dalam situasi tersebut, skill apa saja minimal yang harus kita miliki, gear/tools apa saja yang akan membantu kita keluar dari situasi survival secapatnya dengan kondisi sehal jasmani & rohani.

Di basic course ini, kita dibekali dengan teori mengenai survival skill, mulai dari prioritas dalam survival, jenis-jenis stressor, sumber makanan, air, survival kit/gear dan trap. Dan memang dari semua ilmu tersebut, Positive Mental Attitude (no. 1 prioritas survival) layak menjadi point/prioritas pertama dalam situasi survival karena PMA yang bagus akan memudahkan kita dalam berpikir, menuntun apa yang harus kita lakukan berikutnya.

Disaat kita ditempatkan terpisah dari teman-teman yang lain di hutan, banyak stressor yang akan muncul dan yang paling pertama diuji adalah PMA si pelaku, bagaimana kita menanggapi rasa takut akan ancaman hewan, mitos-mitos, kesulitan menyalakan api, lapar, haus. Setelah kita bias membentuk PMA yang bagus di awal, baru dilanjutkan prioritas-prioritas berikutnya. Di tengah hutan yang saya pribadi tidak familiar, shelter yang mumpuni menjadi target berikutnya dan pilihan pun jatuh kepada hammock agar seandainya ‘si dia’ pun lewat, saya bisa memanjat secepatnya(dan segeralah saya mencoba menyalakan api menggunakan fire starter yang akhirnya menjadi stressor bagi saya karena sampai jam jam 11 malam tidak berhasil (hipotesis nol saya waktu itu adalah fire starter saya kualitasnya jelek dan ini mungkin salah 1 bentuk penyangkalan dan tidak boleh dijadikan alasan) dan saya memutuskan tidur.

Tetap dengan lokasi kegiatan hutan Nusa Kambangan maupun pantai & hutan bakau tempat latihan Kopassus, dengan sumber makanan & minuman yang terbatas, rasa haus dan lapar mungkin menjadi stressor berikutnya yang paling berat dihadapi (bagi yang tidak bertemu macan 😁). Tubuh akan menjadi sangat lemah, supply oksigen ke otak juga akan berkurang sehingga tubuh akan sulit untuk berpikir & beraktivitas. Pada saat inilah kita mulai mencari sumber makanan & minuman dari alam. Untuk makanan,kita ‘mencoba’ makan rayap, gembili (ini adalah makanan celeng.bagi siapa yang memakan ini, sama dengan … dan rasanya sangat tidak enak 😦) pisang, dll. Untuk air, kita mencari sumber air disekitar hutan dan memanfaatkan akar Liana (sueger e joss) sampai akhirnya stressor ini musnah seketika saat para mentor memberikan bonus 2 teguk es the bagi yang bisa menyalakan api pake Fresnel (bagi yang beruntung 😂)

Secara umum, Ilmu/teori dasar survival berlaku sama disemua medan, hutan, pantai & hutan bakau. Hanya sedikit berbeda dalam proses memperlakukan keadaan & memenuhi kebutuhan. Di pantai kita harus melihat garis pasang surut pantai sebelum mendirikan shelter, memancing, beruburu kepiting, keong laut untuk memenuhi kebutuhan makanan.
Selain beberapa hal diatas, beberapa kemampuan teknis dasar harus dipelajari & dimiliki jika kita harus menghadapi situasi survival, seperti tali temali, membuat api (fire steel starter, lensa Fresnel, bow-drill) dan membuat trap karena hal ini akan membantu kita melewati kondisi tersebut. Dan yang terakhir kita harus persiapkan adalah Survival kit & tools seperti P3K, pisau survival, water purifier, water filter.

Kegiatan ini sangat memberikan ilmu & pengalaman yang luar biasa. Bagaimana mempersiapkan diri sebaik-baiknya baik dari dalam diri kita (mental) maupun dari luar diri kita (knowledge, skill, tools) agar tidak bertemu dengan situasi survival karena inilah esensi dari belajar ilmu survival.
Always be ready because we never know.

In Omnia Paratia

SSI Basic Survival Course Batch II – Hari Keempat : Fire & Natural Tinder


Siswa belajar mengenali, mendapatkan, memproses dan memanfaatkan bahan bahan tinder dari alam untuk menyalakan api dengan berbagai metode. Kemampuan menyalakan api dengan bahan tinder dari alam dan dengan berbagai metode baik modern maupun alamiah menggunakan friksi sangatlah penting untuk dikuasai.
Api adalah salah satu prioritas dalam situasi survival. Selain memberikan efek psikologis yang baik, api juga dapat digunakan untuk mencegah hewan liar mendekat. Tentu saja api juga dapat digunakan untuk mensterilisasi air, memasak makanan dan menghangatkan badan di daerah yang dingin.

Tombak Ikan Dari Bambu

Tombak Ikan Dari Bambu


Survival Spear Fishing
Tombak dari bamboo untuk menombak ikan. Materialnya tidak harus dari bambu tapi dari kayu juga bisa. Disini paracord sangat berfungsi dan sangat membantu. Walaupun kita dapat membuat tali dari serat alam, pastikan ada paracord di dalam survival kit anda yang akan memudahkan anda dalam banyak pekerjaan dalam keadaan survival.

1621945_10202714746743537_1682929907_n1653283_10202714749543607_1850584237_n